RETORIKA LAPORAN PELECEHAN SEKSUAL: STUDI PERBANDINGAN PADA SUBJEK LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

Authors

  • Amanda Puspanditaning Sejati Universitas Pendidikan Indonesia
  • Sifa Rini Handayani Universitas Pendidikan Indonesia
  • Dedah Ningrum Universitas Pendidikan Indonesia
  • Emi Lindayani Universitas Pendidikan Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.25170/kolita.21.4827

Keywords:

genre analisis, pelecehan seksual, Systemic Functional Linguistics, Pengaduan

Abstract

Kasus pelecehan seksual dapat menjadi polemik tersendiri bagi korbannya. Polemik tersebut dapat berupa ketidaktahuan mengenai tempat melapor dan citra negatif sebagai korban pelecehan seksual. Pada konteks ini, kasus pelecehan seksual terus berkembang bentuknya baik yang berupa pelecehan seksual secara fisik maupun digital. Penelitian yang mengeksplorasi pola retorika teks di masyarakat sudah banyak dilakukan. Akan tetapi penelitian yang mengkaji retorika laporan kasus pelecehan seksual masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perbandingan retorika teks pelaporan kasus pelecehan seksual yang dibuat oleh subjek langsung (korban) dan subjek tidak langsung (bukan korban). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan mengaplikasikan pendekatan Systemic Functional Linguistics (SFL) untuk menganalisis genre laporan pengaduan kasus pelecehan seksual. Data yang digunakan ialah laporan kasus pelecehan seksual di situs www.lapor.go.id. Sampel yang dianalisis sebanyak 11 laporan yang dipilih dengan menggunakan teknik purposif yang mengacu pada kriteria-kriteria berupa laporan yang memuat kasus pelecehan seksual, dan laporan yang dibuat pada tahun 2021 sampai dengan 2023. Hasil penelitian menunjukkan kesimpulan berupa adanya perbedaan pola retorika, jumlah tahap, dan dominasi tahap pada laporan yang dibuat oleh korban dan bukan korban. Perbedaan tersebut dapat mencerminkan adanya kedekatan emosi sebagai dampak pengalaman traumatis berupa pelecehan seksual. Selain itu, sejumlah tahap yang ditemukan pada laporan kasus pelecehan seksual mencakup delapan tahap yakni Greeting, Orientation of The Issue, Describing the Event, Self-Evaluation, Delivering Request, Describing Identity, Describing Suspect, dan Acknowledgement. Penelitian ini diharapkah dapat memberikan gambaran mengenai cara membuat laporan kasus pelecehan seksual yang berterima dan efektif sehingga kasus dapat segera ditindaklanjuti, serta korban mendapat keadilan atas kondisi tidak menyenangkan yang menimpanya. Lebih lanjut, penelitian ini dapat berperan dalam upaya pencegahan kasus pelecehan seksual apabila pelapor dapat mengadopsi pola retorika cara melaporkan pelecehan seksual yang dikaji dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan ke dalam kerangka desain penelitian linguistik forensik yang lebih komprehensif dengan menggunakan alat analisis yang mendalam.

Downloads

Published

2023-10-30
Abstract views: 55 | PDF downloads: 49