PERPISAHAN PARASOSIAL PENGGEMAR PASCA KEMATIAN IDOL SULLI

Authors

  • Fadhila Hasby Universitas Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.25170/kolita.21.4839

Keywords:

hubungan parasosial, Sulli, masyarakat Korea, bunuh diri

Abstract

Studi ini menganalisis proses perpisahan parasosial dari penggemar idol Korea, Sulli yang melakukan bunuh diri pada 14 Oktober 2019 silam. Kematian Sulli mengejutkan tidak hanya keluarga dan orang terdekat, tetapi juga para penggemarnya yang mengira Sulli telah pulih dari sakit yang mempengaruhi mentalnya akibat perundungan di media sosial. Dengan menggunakan metode analisis tematik, sebanyak 270 unggahan (pada tanggal 30 Oktober 2019) ungkapan kesedihan, belasungkawa, dan ucapan perpisahan dalam bahasa Korea pada unggahan foto terakhir akun Instagram Sulli diklasifikasikan menurut model tahapan ekspresi kesedihan dari Elisabeth Kübler-Ross dan David Kessler. Model tahapan ekspresi kesedihan mengklasifikasikan pesan penggemar menjadi kelompok pesan yang mengandung penyangkalan, kemarahan, negosiasi, depresi dan penerimaan. Hasil analisis menunjukkan ekspresi kesedihan model Elisabeth Kübler-Ross dan David Kessler nampak dalam unggahan komentar penggemar. Secara bertahap ekspresi kesedihan itu dimulai dengan unggahan komentar tidak percaya akan berita kematian Sulli. Tahapan kemarahan nampak pada unggahan penggemar yang menyalahkan diri sendiri karena merasa gagal melindungi idolanya. Mereka juga menunjukkan kemarahannya pada para perundung Sulli. Ekspresi negosiasi dan depresi cenderung muncul bergantian dan menunjukkan belum siap merelakan Sulli pergi walaupun mereka sadar Sulli sudah tiada. Ekspresi penerimaan ditunjukkan dengan ungkapan kerelaan dan komentar yang meyakini adanya kehidupan setelah kematian. Analisis ekspresi kesedihan penggemar menunjukkan bahwa walapun hubungan Sulli dan penggemarnya merupakan hubungan parasosial (bersifat virtual), namun kesedihan mereka nyata. Penggemar juga memaknai hubungan parasosial dengan Sulli tidak terbatas sebagai hubungan antara idol dan penggemar, tetapi juga memaknainya sebagai hubungan antara anggota keluarga. Rasa ikatan kekeluargaan ini terlihat pada unggahan komentar penggemar yang merasa patut disalahkan atas kematian Sulli, karena tidak peka dengan kemungkinan terburuk yang akan menimpa Sulli, seperti bunuh diri. Insting kepekaan ini adalah sesuatu yang biasanya dimiliki oleh orang terdekat, seperti anggota keluarga. Penelitian ini menegaskan peran media sosial dalam proses perpisahan parasosial, yang memberikan solusi atas keterbatasan ruang dan waktu sehingga penggemar dapat meluapkan kesedihannya tanpa batas. Media sosial tidak hanya memberikan ruang untuk berkabung, tetapi juga menciptakan komunitas bagi para penggemar ini sehingga kesedihan parasosial mereka tervalidasi karena ada orang lain yang juga bersedih atas kematian Sulli.

Downloads

Published

2023-10-30
Abstract views: 52 | PDF downloads: 100