REPRESENTASI KEKUASAAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DALAM PIDATO POLITIK PERINGATAN HUT KE-50 PDI-P

Authors

  • Frista Nanda Pratiwi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
  • Anis Rahmawati Badan Riset dan Inovasi Nasional

DOI:

https://doi.org/10.25170/kolita.21.4842

Keywords:

pidato politik, kekuasaan, analisis wacana kritis

Abstract

Keberadaan partai politik (parpol) di Indonesia memegang peranan penting dalam mekanisme berjalannya sistem demokrasi. Salah satu parpol yang berpengaruh dalam tata kelola pemerintahan Indonesia adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Megawati Soekarnoputri merupakan figur politisi yang memiliki pengaruh besar dalam kancah politik nasional. Ia menjadi Ketua Umum PDI-P sejak tahun 1999 hingga sekarang. Setiap kali kongres digelar, Mantan Presiden ke-5 Republik Indonesia tersebut selalu terpilih menjadi ketua umum partai. Sebagai ketua umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri kerap menyampaikan gagasan politiknya kepada anggota partai dan khalayak ramai, salah satunya adalah melalui pidato politik. Pidato politik menjadi variabel penting dalam kelembagaan parpol, selain pengaruh dinamika internal. Dalam hal ini, pidato politik dapat menentukan citra atau penjenamaan parpol yang akan berpengaruh positif pada penguatan basis konstituen dan penerimaan masyarakat atau pemilih. Apabila diamati dari sudut pandang kebahasaan dan politik, pidato politik yang disampaikan oleh Megawati Soekarnoputri merepresentasikan kekuasaan dan ideologi tertentu. Bahasa yang membangun wacana pidato politik menjadi sebuah alat untuk melegitimasi kekuasaannya sebagai pemimpin kuat PDI-P. Potensi bahasa dan simbol kekuasaan seolah telah dipahami dan digunakan untuk mempertahankan kekuasaannya tersebut. Kekuasaan dan pengaruh kuat Megawati Soekarnoputri saat ini dapat diamati melalui pidato politik yang disampaikan pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 PDI-P.  Pidato politik Megawati tersebut mempunyai dampak yang signifikan bagi PDP-P karena disampaikan menjelang tahun politik 2024. Dalam pidato politiknya, Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum partai disebut memiliki hak prerogatif untuk menentukan calon presiden yang akan diusung oleh PDI-P pada Pemilihan Umum Republik Indonesia Tahun 2024. Berdasarkan atas hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pidato politik Megawati Soekarno Putri dalam peringatan HUT ke-50 PDI-P di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta Pusat pada Selasa, 10 Januari 2023 dengan kerangka analisis wacana kritis Fairclough. Analisis tersebut akan menggambarkan koneksi tersembunyi antara bahasa, kekuasaan, dan ideologi. Tahapan analisis terdiri atas deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi. Tahap deskriptif analisis meliputi identifikasi dan deskripsi unsur-unsur tertentu dari kosakata, tata bahasa, dan struktur teks yang berfungsi secara ideologis dalam wacana. Adapun tahap interpretasi berfokus pada proses pemroduksian teks. Misalnya, bagaimana teks diproduksi oleh pemimpin politik yang berinteraksi dengan rakyatnya. Sementara itu, tahapan eksplanasi berkaitan dengan bagaimana wacana dilihat dari tingkat kelembagaan (pemerintah) dan masyarakat yang biasanya berkaitan dengan partai politik dan kekuasaan pemerintah, pemimpin dan publik, dan sebagainya. Berdasarkan hasil analisis terhadap pidato tersebut, dapat disimpulkan bahwa Megawati Soekarnoputri membangun dan merepresentasikan kekuasaannya salah satunya melalui struktur teks yang berupa kosakata, tata bahasa, dan struktur teks. Melalui wacana yang dibangun dalam pidatonya, Megawati menyampaikan keberadaannya yang sangat penting dalam dinamika PDI-P dan pemerintah. Selain itu, “kekuatan” Megawati Soekarno Putri sebagai pimpinan partai politik juga diwujudkan melalui pronomina, bentuk kalimat, dan koherensi. 

Downloads

Published

2023-10-30
Abstract views: 157 | PDF downloads: 123