DEKONSTRUKSI DERRIDA PADA KAJIAN LINGUISTIK KOGNITIF

Authors

  • Seradona Altiria Universitas Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.25170/kolita.21.4857

Keywords:

deconstruction, cognitive linguistics, metaphor, implicature, politeness

Abstract

Bahasa merupakan sekumpulan tanda-tanda yang menggiring pada suatu makna tertentu. Strukturalisme Ferdinand de Saussure beranggapan penanda (signifier) berkaitan erat dengan petanda (signified). Lebih jauh petanda bagi paham strukturalisme hanya bisa diartikulasikan oleh penanda. Tidak demikian dengan Derrida. Derrida memahami hal tersebut berbeda bahwa keduanya tidak saling bersinggungan (Derrida, 2010; Balkin, 2010; Gnanasekaran, 2015). Penanda dan Petanda tidak memiliki relasi secara langsung, artinya antara kata dan pemikiran dan apa yang dituju tidak pernah sejalan. Ada makna plural terhadap suatu bahasa dan hal itu tidak menetap sifatnya. Dalam memahami teks, seorang pembaca memiliki ruang untuk menafsirkan apa yang dibaca karena teks tidak lagi terikat pada penutur atau penulis. Melalui dekonstruksi, kebebasan pembaca dalam menafsirkan teks tersebut menunjukkan adanya ruang terbuka bagi interpretasi teks baru yang maknanya akan selalu ter-rekonstruksi. Pemikiran Derrida inilah yang juga mempengaruhi kajian-kajian di bidang linguistik kognitif. Oleh sebab itu, makalah ini bertujuan memaparkan bagaimana dekonstruksi masuk dalam proses penafsiran atau pemaknaan pada dimensi-dimensi metaforis dan figuratif dari bahasa. Metode yang digunakan pada makalah ini adalah deskriptif kualitatif. Proses analisis tuturan dan tulisan bermakna metaforis pada makalah ini menggunakan langkah-langkah teori dekonstruksi Derrida oleh Haryatmoko (2016). Beberapa teori pada kajian linguistik kognitif, seperti Metafora Konseptual (Lakoff & Johnson, 2003), Implikatur Percakapan (Sperber & Wilson, 1995), dan Kesantunan Berbahasa (Brown & Levinson, 1987) akan dibahas di dalam tulisan ini beserta contoh-contoh penerapan yang muncul di keseharian dan bagaimana teori dekonstruksi Derrida berpengaruh di dalamnya. Contoh-contoh relevan yang memuat tuturan ataupun tulisan bermakna metaforis tersebut diambil dari dua sumber data secara acak, yaitu dari dialog film dan lirik lagu. Makalah ini meyakini bahwa teori dekonstruksi pada kajian linguistik kognitif dapat memunculkan kembali karakter alami suatu bahasa yang bersifat ambigu dan bermakna plural.

Downloads

Published

2023-10-30
Abstract views: 153 | PDF downloads: 130